Sejarah Demonstrasi Mahasiswa/Pelajar Indonesia


Demonstrasi mahasiswa di Indonesia telah menjadi bagian integral dari perjalanan sejarah bangsa, memainkan peran krusial dalam berbagai perubahan politik dan sosial. Gerakan-gerakan ini mencerminkan semangat kritis dan idealisme generasi muda dalam memperjuangkan keadilan dan demokrasi. Berikut adalah ulasan mendalam mengenai sejarah demonstrasi mahasiswa di Indonesia, disertai dengan sumber pustaka yang terpercaya.

1. Awal Pergerakan Mahasiswa: Era Pra-Kemerdekaan

Pergerakan mahasiswa di Indonesia berakar sejak awal abad ke-20, seiring dengan munculnya kesadaran nasional untuk melawan penjajahan. Pada tahun 1908, berdiri Budi Utomo, organisasi yang didirikan oleh para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) di Batavia. Budi Utomo fokus pada peningkatan pendidikan dan kesejahteraan rakyat Jawa, menjadi tonggak awal gerakan nasionalis di Indonesia.

Selanjutnya, pada tahun 1925, mahasiswa Indonesia di Belanda mendirikan Perhimpunan Indonesia. Organisasi ini berperan penting dalam menyebarkan ide-ide kemerdekaan dan nasionalisme di kalangan intelektual muda Indonesia. Perhimpunan Indonesia menekankan pentingnya persatuan dan kemandirian bangsa, serta aktif dalam forum-forum internasional untuk menggalang dukungan bagi kemerdekaan Indonesia.

2. Masa Orde Lama: Tritura dan Kejatuhan Soekarno

Setelah proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, peran mahasiswa dalam dinamika politik Indonesia semakin menonjol. Pada dekade 1960-an, situasi politik dan ekonomi Indonesia mengalami ketidakstabilan. Mahasiswa, melalui berbagai organisasi, mulai menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap pemerintahan Presiden Soekarno.

Puncaknya terjadi pada 10 Januari 1966, ketika mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) mengajukan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura). Tuntutan tersebut adalah:

1. Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI)
2. Perombakan kabinet Dwikora
3. Penurunan harga barang

Demonstrasi besar-besaran ini menekan pemerintah dan berkontribusi pada peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto, menandai berakhirnya Orde Lama dan awal dari Orde Baru. 

3. Masa Orde Baru: Peristiwa Malari dan Kontrol Terhadap Mahasiswa

Pada masa Orde Baru, pemerintah di bawah Presiden Soeharto menerapkan kontrol ketat terhadap aktivitas politik, termasuk gerakan mahasiswa. Namun, ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah tetap memicu aksi-aksi protes.

Salah satu peristiwa penting adalah Peristiwa Malari pada 15 Januari 1974. Mahasiswa menggelar demonstrasi menentang korupsi dan dominasi modal asing, khususnya investasi Jepang. Aksi ini berujung pada kerusuhan di Jakarta, dengan pembakaran dan penjarahan berbagai fasilitas. Pemerintah merespons dengan tindakan represif, termasuk penangkapan aktivis dan pembatasan kebebasan pers. 

4. Gerakan Reformasi 1998: Kejatuhan Soeharto

Krisis ekonomi yang melanda Asia pada tahun 1997 berdampak signifikan terhadap Indonesia. Nilai rupiah anjlok, inflasi melonjak, dan tingkat pengangguran meningkat tajam. Situasi ini memicu ketidakpuasan luas terhadap pemerintahan Soeharto yang telah berkuasa selama lebih dari tiga dekade.

Mahasiswa kembali menjadi motor penggerak protes. Pada 12 Mei 1998, terjadi Tragedi Trisakti, di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas ditembak aparat keamanan saat melakukan demonstrasi damai. Peristiwa ini memicu gelombang protes lebih besar di berbagai kota. Tekanan dari aksi-aksi tersebut akhirnya memaksa Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, menandai berakhirnya era Orde Baru dan dimulainya era Reformasi. 

5. Era Reformasi: Kontinuitas Gerakan Mahasiswa

Pasca-Reformasi, mahasiswa terus memainkan peran sebagai pengawas pemerintah dan agen perubahan sosial. Mereka aktif dalam berbagai isu, mulai dari penolakan terhadap undang-undang yang dianggap merugikan rakyat hingga advokasi terhadap isu lingkungan dan hak asasi manusia.

Pada 2024, misalnya, ribuan mahasiswa dan masyarakat menggelar demonstrasi menentang upaya perubahan aturan pemilihan yang dianggap menguntungkan elit politik tertentu. Aksi ini menunjukkan bahwa semangat kritis dan peran mahasiswa sebagai penjaga demokrasi tetap relevan hingga saat ini. 

Sejarah demonstrasi mahasiswa di Indonesia mencerminkan peran sentral generasi muda dalam mengawal dan mendorong perubahan politik serta sosial. Dari era pra-kemerdekaan hingga era Reformasi, mahasiswa konsisten menjadi suara kritis yang memperjuangkan keadilan, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat. Peran ini diharapkan terus berlanjut, seiring dengan dinamika dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia di masa mendatang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sirampog menjadi Zona Siaga

KNIL dan Integrasi ke dalam Militer Indonesia: Sejarah, Konflik, dan Warisan dalam TNI

#Indonesiamerah: Penurunan IHSG dan Implikasinya bagi Ekonomi Indonesia